Mehrunnisa The Twentieth Wife
Indu Sundaresan
I.PENDAHULUAN
Pembicaraan
tentang pokok dan tokoh diawali dengan kajian instrinsik yang berkaitan dengan
kajian tentang topik, tema, dan pesan, serta kajian tentang tokoh dan
penokohan. Sedangkan secara ekstrinsik, kajian pokok dan tokoh dapat
dilanjutkan ke dalam bidang psikologi, sosiologi, filsafat, dan religi.
II.SINOPSIS
Mehrunnisa, yang artinya “matahari para wanita”, adalah anak keempat
Ghias Beg, yang berkebangsaan Persia. Dia lahir pada saat perjalanan
keluarganya menuju India, untuk meminta perlindungan dan mencari kehidupan yang
baru. Karena di Persia, Ghias Beg akan dihukum mati disebabkan tidak dapat
melunasi hutang-hutang keluarganya. Awal kehidupan mereka di India sangat
menyedihkan, tapi berkat kegigihan Ghias Beg mencari nafkah, kehidupan mereka
membaik bahkan Ghias Beg menjadi salah satu orang kepercayaan raja India, yaitu
Sultan Akbar.
Walaupun memiliki kehidupan yang
cukup mapan, tapi keluarga mereka tetap dipandang sebelah mata oleh para
bangsawan di India, karena dianggap tidak sepadan. Jadi apabila ada acara-acara
kerajaan, mereka hanya dianggap angina lalu.
Ketika Mehrunnisa beranjak dewasa,
Ratu Ruqayya menginginkan Mehrunnisa untuk menemaninya di istana. Disanalah
Mehrunnisa bertemu dengan putra mahkota, Pangeran Salim. Pertemuan pertama itu
telah membuat Pangeran Salim jatuh hati padanya. Sedangkan Mehrunnisa memang
sudah menyukai Pangeran Salim sejak dulu, karena dia telah sering melihatnya
ketika diselenggarakan acara-acara kerajaan.
Perhatian dari Pangeran Salim
membuatnya bahagia. Tetapi ia sadar akan perbedaan status mereka, sehingga ia
berpura-pura tidak menanggapinya. Apalagi setelah itu ia ditunangkan oleh
Sultan Akbar dengan seorang prajurit yang berjasa terhadap kerajaan. Titah
sultan adalah segalanya, walaupun dari pihak keluarga tidak setuju tapi mereka
tidak mungkin menentang perintah sultan.
Ketika hal tersebut diketahui
Pangeran Salim, sang Pangeran langsung meminta kepada ayahnya, Sultan Akbar,
untuk membatalkan pertunangan tersebut, karena sang Pangeran sendiri yang ingin
menikahi Mehrunnisa. Tapi Sultan Akbar menolaknya. Karena sultan sendiri yang
memerintahkan hal tersebut jadi tidak mungkin ia pula yang menarik kembali.
Setelah pernikahan Mehrunnisa dengan
prajurit itu dilaksanakan, mereka bersua kemudian pindah dari ibukota kerajaan.
Dan selama bertahun-tahun, Mehrunnisa tidak bertemu dengan Pangeran Salim. Tapi
mereka berdua tidak dapat melupakan satu dengan yang lainnya. Mehrunnisa tidak
bahagia hidup bersama suaminya, karena suaminya kasar dan suka berselingkuh.
Suatu ketika, suami Mehrunnisa
dihukum karena terlibat dalam pemberontakan terhadap sultan. Sultan yang
berkuasa saat itu adalah Sultan Jahangir yang tidak lain adalah Pangeran Salim.
Oleh sultan, suami Mehrunnisa diperintah untuk menceraikan Mehrunnisa, karena
sang sultan ingin menjadikannya istri.
III. ANALISIS
POKOK DAN TOKOH
A. ANALISIS
INTRINSIK POKOK
Pokok persoalan sastra secara
intrinsic berkaitan dengan tema dan pesan karya sastra. Dalam novel Mehrunnisa
The Twentieth Wife, mengangkat pokok persoalan tentang cinta. Pokok
persoalan yang menjadi gagasan utama dalam novel tersebut adalah rasa cinta
yang dirasakan Mehrunnisa dan Pangeran Salim. Dari kisah hidup Mehrunnisa dapat
diketahui bagaimana perasaannya terhadap Pangeran Salim yang terus bersemayam
dalam hatinya. Walaupun ia tahu bahwa bersatu dengan Pangeran adalah hal yang mustahil
baginya. Begitu banyak hal yang menghalangi cinta mereka, mulai dari kelas
social yang sangat jauh berbeda, Mehrunnisa yang dijodohkan dan menikah dengan
prajurit dan lain sebagainya. Tetapi perasaannya terhadap Pangeran tidak pernah
lekang oleh waktu dan keadaan.
Dengan demikian, pokok persoalan
dalam novel Mehrunnisa The Twentieth Wife adalah cinta. Tema mayor novel
tersebut adalah perasaan cinta Mehrunnisa terhadap sang Pangeran dan apa yang
dilakukannya untuk mendapatkan sang Pangeran. Tema minor meliputi tingkah laku
Mehrunnisa dalam menarik perhatian sang Pangeran.
Rasa sayang dan cinta yang dirasakan
Mehrunnisa dan sang Pangeran sangat agung dan tulus. Dan cara-cara yang mereka
gunakan untuk dapat bersatu dalam ikatan perkawinan pun tidak melanggar norma
dan nilai yang berlaku saat itu. Dengan demikian, pesan moral novel tersebut
adalah dalam menggapai cinta haruslah dengan cara yang baik dan tidak menyakiti
orang lain.
B.ANALISIS
EKSTRINSIK POKOK
Secara
ekstrinsik pokok persoalan berkaitan dengan persoalan sosiologis, psikologis,
dan religius.
a.Pokok
Persoalan Sosial
Persoalan social
dalam novel ini adalah adanya perbedaan kelas social yang sangat kentara.
Perbedaan kelas social ini tidak dapat diselesaikan hanya dengan memiliki harta
yang banyak dan melimpah dan kedekatan dengan Penguasa. Kelas social di novel
ini berdasarkan pada keturunan darah. Siapa nenek-kakek moyangnya dan apa
jabatannya sangat menentukan kelas social mereka.
b.Pokok
Persoalan Psikologi
Rasa cinta yang
dirasakan Mehrunnisa dan Pangeran membuat mereka hampir saja lupa daratan.
Mereka berdua hampir melanggar norma dan nilai yang berlaku. Hal ini
menunjukkan Id dan Ego yang sangat memegang peranan dalam diri
mereka berdua.
c.Pokok
Persoalan Religius
Mehrunnisa
adalah wanita yang sangat taat secara religius, walaupun dorongan cinta yang
sangat kuat dalam dirinya untuk melakukan hal-hal yang terlarang berkenaan
dengan perasaannya terhadap Pangeran Salim, tapi dia tidak mau menurutinya. Dia
tetap berbakti kepada orang tua dengan tetap menikahi pria yang dijodohkan
dengannya. Dia juga tatap taat beribadah terhadap Tuhan, walaupun masalah
kehidupan yang dihadapinya sangat berat.
C.ANALISIS
TOKOH
Beberapa perspektif kajian akan coba digunakan untuk menganalisa karakter
Mehrunnisa, yaitu perspektif sosiologi, psikologi, dan religi. Secara detail
hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Sosiologi
a. Pokok permasalahan : Kelas Sosial
b. Character : Mehrunnisa
c. Penjelasan :
Mehrunnisa adalah seorang wanita yang sangat cantik. Dengan kesempurnaan
ragawinya, ia juga dianugerahi dengan otak yang cerdas, “…ia anak yang
cantik, baik raga maupun jiwanya.” (Sundaresan, 2008:84). Dan ia pun
memiliki keluarga yang cukup kaya dan ayahnya memiliki kedudukan dalam
pemerintahan. Tapi, bagaimana pun cantik dan cerdasnya ia, tetap saja pihak
keluarga kerajaan tidak setuju jika Pangeran Salim mengambilnya sebagai istri
(istri bagi seorang Pangeran adalah istri yang dinikah dengan upacara pernikahan
dan dikabarkan ke khalayak ramai. Jadi berbeda dengan selir, yang cuma dinikahi
saja tanpa rakyat tahu keberadaannya). Karena Mehrunnisa dianggap tidak
memiliki darah kebangsawanan sehingga tidak pantas untuk dapat menjadi istri
Pangeran Salim.
“Kenapa ia tidak mungkin menikahi pangeran kerajaan? Bagaimanapun ayahnya
adalah pejabat istana yang dihormati; Sultan menghargai saran-sarannya.”
(Sundaresan, 2008:84)
“…semua pangeran menikah karena alasan politis dan mereka hanya akan
menikah dengan putri.” (Sundaresan, 2008:60)
Sultan kemudian menjodohkan
Mehrunnisa dengan seorang prajurit yang berjasa. Dan tidak mengijinkan Pangeran
Salim untuk menikahinya. Dengan alasan bahwa wanita itu telah dijodohkannya
dengan orang lain, dan Sultan tidak mungkin menarik janjiyang telah
diucapkannya. “Tidak, Salim. Pertunangan tersebut dilakukan atas perintahku
dan aku tidak akan mencabut kata-kataku”. Akbar memalingkan muka dari putranya
saat dia berbicara. (Sudaresan, 2008:146)
Kekuasaan Sultan adalah kekuasaan
absolute, dan tidak ada orang yang bisa menentangnya.
- Psikologi
Psikoanalisis Freud
a. Pokok permasalahan : Seksualitas
b. Character : Mehrunnisa
c. Penjelasan :
Ketika pertama kali bertemu,
Pangeran Salim langsung jatuh hati pada Mehrunnisa. Mehrunnisa pun tidak dapat
menampik gelora hatinya ketika Pngeran Salim ingin menyentuhnya. Menurut teori
psikoanalisa Freud ini ada beberapa tahapan yang dilalui Mehrunnisa, yaitu:
Id : ia
memiliki nafsu terhadap Pangeran Salim seperti digambarkan
“…tiba-tiba, dengan berani, Salim
mengankat wajah Mehrunnisa dengan jarinya dan membungkuk mendekati wajahnya.
Sesuatu menyala dalam diri Mehrunnisa.” (Sundaresan, 2008:141)
Ego : keinginannya
mulai timbul dan ia tidak bisa berpikir rasional
“…membuang kekhawatiran, Mehrunnisa
menyentuh rahang sang Pangeran, dan berbuat lebih dari yang bisa
dibayangkannya.” (Sundaresan, 2008:142)
Super Ego : ia berpikir rasional, apa yang terjadi
jika ia melanjutkan hubungan dengan Pangeran.
“Tapi, ia adalah milik pria lain.
Seharusnya Mehrunnisa tidak melakukan semua ini.” (Sundaresan, 2008:142)
- Religi
a. Pokok permasalahan : Keimanan
b. Character : Mehrunnisa
c. Penjelasan :
Sejak menikah dengan pria yang
dipilihkan Sultan Akbar untuknya. Mehrunnisa tidak bahagia. Yang pada dasarnya
ia tidak mencintainya, suaminya sering berkata kasar kepadanya dan suka
berselingkuh. Mehrunnisa tersiksa batin karena suaminya selalu menyalahkannya
karena setelah bertahun-tahun menikah mereka tidak memiliki keturunan. Padahal
gugurnya kandungan Mehrunnisa karena syok ketika melihat suaminya bercinta
dengan budaknya di tempat tidur mereka. Bahkan ketika seorang anak telah hadir
ditengah mereka, si suami tetap memperlakukannya dengan kasar, karena anak yang
terlahir perempuan. Ini masih ditambah dengan rasa malu yang harus ditanggung
Mehrunnisa dan seluruh keluarganya akibat dari keterlibatan suaminya dalam
pemberontakan terhadap sultan yang berkuasa saat itu. “Ampuni keserakahanku,
ya Allah, doa Mehrunnisa pelan. Terima kasih atas semua ini dan terima kasih
telah membuatnya begitu sempurna” (Sundaresan, 2008:301)
Walaupun mengalami kepahitan hidup,
Mehrunnisa masih bersukur kepada Allah Swt (ia beragama Islam) atas semua
nikmat yang dilimpahkan. Keluarga yang selalu mencintai dan memikirkannya, dan
anak yang akhirnya dapat dimilikinya walaupun anak itu perempuan. “…rasa
takjub terhadap anaknya tak juga berhenti. Terima kasih, ya Allah.” (Sundaresan,
2008:322)
Review yang menarik :) trims for share
ReplyDelete