10 May 2012

Menganggap Diri (Kita) Yang Terbaik


Apakah teman-teman pernah atau sedang mengikuti serial To Liong To yang saat ini sedang tayang di Indosiar? Bagi yang pernah nonton pasti sudah akrab dengan Tio Bu Kid an pemeran-pemeran lainnya. Saya sudah pernah menontonnya (dulu) dan saat ini pun masih mengikuti, karena ceritanya bagus dan tidak membosankan.

Di salah satu episode  yang telah lalu ada yang membuatku tergelitik untuk berpikir kritis (hasyah gaya bangetz). Waktu episode itu diceritakan ketika Ciu Ci Jiak diminta bersumpah oleh gurunya tidak akan menikah dengan Tio Bu Ki, karena pria itu adalah ketua dari partai yang dianggap ‘sesat’ sedangkan mereka berasal dari partai ‘lurus’.  Setelah si murid bersumpah dengan dituntun gurunya, gurunya mengatakan bahwa si murid harus berusaha untuk mendapatkan Golok Pembunuh Naga dan Pedang Langit sekaligus karena di dalam kedua benda pusaka tersebut ada kitab ilmu yang sungguh luar biasa, ilmu itu bisa digunakan untuk membuat partai mereka menjadi nomer satu di dunia persilatan.

Sang guru tidak hanya membeberkan bagaimana cara mendapat kitab ilmu tersebut tetapi juga meminta muridnya untuk mengambil kedua pusaka tersebut dengan cara yang kurang terpuji yaitu dengan menggoda Tio Bu Ki dan berpura-pura jatuh cinta padanya.

Ketika melihat adegan ini, saya sempat menyelutuk, “Loh katanya partai ‘lurus’ tapi kok melakukan perbuatan seperti itu untuk menggapai tujuan.” Walau pun si guru tetap keukeuh mengatakan bahwa itu untuk tujuan mulia tetap aja kan menggunakan cara tidak terpuji. Lagipula, untuk mengangkat nama partai bukankah lebih baik menciptakan ilmu/jurus yang baru bukan malah merebut apa yang dimiliki orang lain.

Saya jadi berpikir, jangan-jangan saya juga pernah (bahkan tidak cuma sekali) juga melakukan hal tersebut. Beranggapan bahwa apa yang kita lakukan untuk mencapai tujuan yang ‘mulia’ tetapi dengan cara-cara yang tidak baik. Misalnya saja mencontek, toh itu untuk mendapatkan nilai yang bagus. Padahal jelas-jelas kita tahu nyontek itu dilarang (saya gak pernah nyonek lo ;P )

Dan lebih ekstrim lagi ketika saya mendengar cerita salah seorang teman yang kebetulan dia menjadi bendahara di salah satu organisasi. Mereka (para pucuk pimpinan organisasi) sering bagi-bagi duit sisa proyek, karena ada anggapan bahwa mereka lah yang berjasa mendapatkan dan melaksanakan proyek tersebut. Ahhh sebut saya kuno atau ndeso, mungkin itu hal lumrah yang terjadi dimana-mana. Kita sering meminta lebih untuk sesuatu yang kita sebut sebagai ‘hak’ tapi sering lupa dengan saudara yang bernama ‘kewajiban’.

Pikiran saya semakin ngelantur kemana-mana, jangan-jangan oh jangan-jangan para koruptor juga berpikir hal yang sama…Ups gak usah ngomongin politik deh,  ntar malah berabe.

Pernahkah teman-teman merasa paling ‘berjasa’ sehingga merasa ‘pantas’ mendapatkan ‘lebih’ dari yang lain????

10 comments:

  1. Hm... pernah ga ya? #mikir-mikir sambil mandang keatas...
    Mudah2an belum pernah deh... dan jangan sampai deh ya....

    ReplyDelete
  2. Hal ini menganggap diri kita yang terbaik malah justru akan membawa diri kita ke hal yang tidak baik bila tidak dikendalikan.
    Yang terbaik dan paling sempurna hanyalah Allah Ta'ala.
    Terima kasih sahabat telah mengingatkan kepada kita

    ReplyDelete
  3. @ mbak al : iya mbak...jangan sampai deh

    @ mbak perawat : memang benar mbak, hanya Allah Ta'ala yang sempurna, sama2 mbak

    ReplyDelete
  4. Dulu ada yang ngritik PSSI. Begitu dia menjabat di situ ternyata ya sami mawon, ketika ditanya oleh wartawan dengan santainya dia menjawab " Saya bukan malaikat "

    Dulu ada aktivis yang garang mengritik kebijaksanaan pemerintah. Setelah dia menjabat di suatu lembaga akhirnya masuk bui karena korupsi.Halah..halah..halah.

    Ketika ada gempa di suatu daerah, seorang mantan berkata "Harusnya pemerintah membuat rumah tahan gempa ". Pertanyaannya : lha waktu ibu menjabat kok membuat rumah jenis itu sih?

    Itu yang disebut ndelok alias kendel alok.Begitu nglakoni sendiri ya gak iso opo2.

    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
  5. keteladanan yg sangat bagus....banyak kelompok2 di negeri ini yg juga begitu...mengaku lurus, tapi malah bengkok...

    ReplyDelete
  6. @ pakdhe : iya pakde..suka sebel dengan pejabat model begitu, mengkritik orang ini itu padahal ketika ia menjabat aset-aset negara banyak dijual..aish gitu kok masih banyak yang mendukung, hanya karena euforia masa lalu...ups malah ngrasani yo dhe hehe

    @ elmoudy : mana bengkok nya banyak lagi ya hehe

    ReplyDelete
  7. Kalau Madjongke sepertinya pernah ya. Apalagi kalau urusan contek menyontek. Itu sering terjadi karena madjongke sendiri malas kalau di suruh belajar. hehehe

    ReplyDelete
  8. @ madjongke : hahaha itu cuma contoh kok mas, saya gak berani nyontek, payah ya.

    ReplyDelete
  9. Pernah gak ya hihihi,
    gak tau :p

    ReplyDelete

Terima kasih sudah meninggalkan komentar ^_^