27 Jun 2012

Dalam Kesulitan Ada Kenikmatan

Halooo... (sambil bersih-bersih rumah karena lama gak posting hehe) Karena kemarin-kemarin ribet bolak-balik luar kota (sok sibuk) terlewatkan deh beberapa kontes (maksud lo Est???). Maklum lah kalau lagi gak punya ide, ikut kontes bisa nambah-nambah postingan kan *alibi (hehehe).


Dalam perjalanan luar kota kemarin, ada sesuatu yang membuatku tercenung beberapa saat. Mbak nini, teman seperjalananku bercerita tentang teman seruangannya, Mas Tono. Dalam pandangan oang lain, Mas Tono dianggap sudah memiliki segalanya pada usia yang sangat muda. Lulus kuliah langsung keterima PNS, kemudian menikah dan segera mendapat momongan. Ketika saya bertemu dengannya, dia sudah memiliki keluarga kecil dan sedang membangun rumah, usianya saat itu 26 tahun. Ketika menginjak usia 30an tahun, Mas Tono bahkan sudah dapat naik haji. Sangat luar biasa menurut saya. 

Tetapi Mbak Nini bercerita, ketika teman-teman seruangan yang lain membeli rumah, Mas Tono berkata bahwa dia pun ingin punya rumah, padahal ketika itu ia sudah memiliki rumah yang cukup bagus untuk ukuran pegawai yang baru bekerja 5 tahunan. 

Saya pun nyeletuk, "Loh bukannya Mas Tono sudah punya rumah Mbak?"
Mbak Nini menjawab, "Iya, tapi katanya ia (mas tono) gak punya apa-apa. Itu semua milik bapaknya."

Iya, kami semua tahu bahwa orang tua Mas Tono memang orang yang cukup berada, dan ia juga pernah bercerita apa-apa yang dimilikinya adalah pemberian orang tuanya.

Saya teringat kata-kata seorang teman, ketika itu kami sedang berkunjung ke rumah teman lain yang baru pindah rumah (tilik kalau bahasa jawanya). Si pemilik rumah bercerita bagaimana ia dan istrinya merancang serta membangun serta mencari material untuk memperindah rumah mereka. Tampak raut kebanggaan dan kepuasan dari pasangan suami istri tersebut. 

Salah seorang teman yang ikut tilik berkata, "Asyik ya Pak, kalau bisa menentukan apa-apa sendiri, saya gak bisa, la gimana yang mbangun rumah orang tua." Kuperhatikan wajahnya saat itu tampak ada ketidakpuasan di sana.

Haaaah...ada pikiran jahat yang berkelebat saat itu. Dalam hati saya berkata, kamu belum tentu bisa membangun rumah seperti yang kamu tinggali sekarang walau pun sudah bekerja 10 tahun. 

Mereka (Mas Tono dan teman tadi) sama sekali tidak bisa bersyukur dengan nikmat yang mereka miliki, pikir saya ketika itu. Apakah mereka bisa membayangkan seperti kami-kami ini yang untuk bisa punya rumah harus utang, beli mobil menyekolahkan SK, itu belum termasuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. 

Tetapi disitulah titik kenikmatannya, kenikmatan yang tidak mereka rasakan, ketika kita dapat membeli apa-apa dari hasil keringat sendiri, ada kebanggaan dalam hati yang tidak bisa diganti dengan apa pun. Nikmatnya ketika bisa membeli meja seharga 600 ribu, nikmatnya ketika bisa membeli rumah seharga "cuma" beberapa puluh juta (mana masih utang lagi utang kok bangga), nikmatnya bisa beli mobil yang kalau dipakai bunyi klotakan hahaha. 

Dengan pemikiran dalam kesulitan ada kenikmatan, saya lebih optimis dalam menyongsong hari esok. Kesulitan yang kita hadapi sekarang,insyaAllah akan membawa kenikmatan ketika kesulitan tersebut dapat diatasi.

Sesungguhnya tidak ada masalah yang tidak dapat diatasi, tapi karena kemampuan kita (manusia) yang belum mencukupi untuk mengatasi masalah tersebut. 

*edisi mengingatkan diri sendiri

Bagaimana hari mu kawans? Semoga menyenangkan ^_^

30 comments:

  1. Begitulah sifat manusia jeng.
    Menghitung-hitung yang belum ada sampai lupa mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah.

    Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,

    فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

    “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. An Nasyr: 5)

    Ayat ini pun diulang setelah itu,
    “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. An Nasyr: 6)

    Mari kita perbanyak bersyukur agar bertambah-tambah kenikmatan kita.

    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Dhe,pakdhe memang oke banget, saya belum berani menyisipkan ayat2 Al Quran, takut salah.

      Delete
  2. Iyaa juga yaa mbak, sesuatu yang dihasilkan dri kerja keras sendiri tuh rasanya puas padahal yaa ndak gampang buat dapetinnya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Justru karena gak gampang itu jadi nikmat banget kalau ngedapetinya..ya kan niar manis?

      Delete
  3. Rupanya Mas Tono juga ingin mandiri Mbak Esti. Pengen pula mencicipi gimana rasanya rumah yg dibeli dari keringat sendiri..:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bu Evi, cuman kata2 yang dikeluarkan itu lo membuat kita berpikir kalau dia kurang bersukur

      Delete
  4. Salam kenal mbak Esti, yang namanya keinginan dan ambisi setiap orang itu memang berbeda. Sayangnya banyak orang tidak pandai mensyukuri apa yang telah mereka miliki..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga pak :)
      Iya pak, banyak yang suka lupa untuk bersyukur.

      Delete
  5. banyak yang sudah kita terima tapi kadang selalu bilang kurang ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kuraaaang terus ya mbak :)
      terus belakangnya bilang: kan manusiawi :P

      Delete
  6. Trimakasih Jeng Esti ikut diingatkan untuk mensyukuri pemberianNya. Selamat berkarya, kalau tugas ke Sal3 kaaturan pinarak. Salam

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2 Jeng Prih, salatiga ya? ih deket lo kita. InsyaAllah kalau kesana saya ngabari jenengan.

      Delete
  7. Kita Mesti berusaha mempunyai sifat Qana'ah... Supaya tidak selalu merasa kurang.

    ReplyDelete
  8. Wah setuju banget mbak... kalau bisa beli pakai keringat sendiri jadi bisa lebih menghargai...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaaa...dan punya rasa bangga juga lo :)

      Delete
  9. Kesabaran harus diterapkan dalam segala aspek kehidupan yaitu:

    Sabar dalam hal Phisik yaitu tabah menghadapi beban
    Sabar dalam hal Nafsu yaitu menahan diri dalam hal-hal yang hina
    Sabar dalam hal Peperangan yaitu berani dan pantang menyerah
    Sabar dalam hal Amarah yaitu murah hati dan bijaksana
    Sabar dalam hal Menghadapi masalah yaitu selalu lapang dada
    Sabar dalam hal Menyimpan sesuatu yaitu menjaga rahasia
    Sabar dalam hal Kehidupan yaitu menahan diri dalam keduniaan
    Sabar dalam hal Rizki yaitu selalu merasa puas / qona’ah
    Sabar dalam hal Ibadah yaitu berkelanjutan, konsisten atau istiqomah

    ReplyDelete
    Replies
    1. waaaah....komplit banget mas
      makasi atas masukannya :)

      Delete
    2. bagus banget mas. aku copas untuk di tumblrku ya :)
      http://loveandpost.tumblr.com/post/26127293977

      Delete
    3. hooh mbak, bagus bgt
      silakan aja kalo menurutku :P

      Delete
  10. semoga kita sllu menjadi pribadi yang bsa mensyukuri nikmat..:D

    ReplyDelete
  11. beli rumah itu lebih 'puas' kalo dari hasil keringat sendiri! Meski rumah yg kita beli kecil, tapi rasanya ada kepuasan tersendiri dan kebebasan bagi kita untuk mendekornya sesuai yg kita mau..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaaa mbak, dibersihin atau nggak terserah kita juga wkwkwkwk

      Delete
  12. whoaaaa...
    bener sekali ituh...
    aku akan selalu ingat gimana ribetnya aku waktu mau bayar DP buat beli rumah inih, kita sampe gade in cincin kawin lho...hihihi...

    Dan kelupaan ditebus gituh...dan sampe sekarang malahan belum beli lagih...ckckck...parah juga yah...hihihi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha kenangan tak terlupakan ya bi'
      Asok atuh minta dibeliin abah lagi :P

      Delete
  13. emang bener, apa apa yang dihasilkan dari keringat sendiri lebih punya makna, puas sekali dan pastinya akan disayang sayang dan dipelihara dengan baik tuh barangnya apapaun itu karena dibeli dgn kekuatan sendiri

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak, disayang2 banget walau menurut orang lain mungkin tidak layak
      tapi cuek aja lagi, belinya aja susah

      Delete
  14. Di dalam kesempitan ada kesempatan....

    ReplyDelete

Terima kasih sudah meninggalkan komentar ^_^