Sudah
sejak lima tahun yang lalu, di setiap Ramadhan, saya dan teman-teman dekat (4
orang) menyempatkan diri untuk membuat nasi bungkus untuk dibagikan di jalanan
dan stasiun bagi siapa saja yang berkenan menerima makanan sederhana itu. Nasi bungkus
itu kami bagikan secara gratis. Dibagikan untuk orang-orang yang berpuasa untuk
membatalkan puasanya.
Karena
keterbatasan uang dan waktu, kami hanya bisa melakukan itu satu kali selama
bulan Ramadhan. Kami memilih minggu ketiga. Ketika pekerjaan di tempat kerja
masing-masing sudah agak berkurang dan tentu saja THR (Tunjangan Hari Raya)
sudah cair hehe.
Sejak
hari Sabtu, kami sudah mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Untuk beberapa
bahan makanan yang lebih baik dimasak saat segar, kami membelinya Minggu pagi. Bisa
dibayangkan bagaimana sibuknya kami, sepagi itu sudah berbelanja, kemudian
meracik dan memasak, setelah itu dibungkus satu-persatu. Rata-rata kami bisa menghasilkan
hingga 300-an nasi bungkus plus 200-an palstik berisi kolak/setup pisang. Nasi bungkusnya
memang tidak mewah, seperti nasi rames. Ada mie goring, sayur plus lauk. Murah
meriah deh.
Capek?
Tentu saja capek. Akan tetapi rasa capek itu terbayar ketika kami melhat wajah-wajah
senang anak-anak jalanan, para penyapu jalan, tukang becak, atau orang-orang di
stasiun yang menerimanya. Untuk orang-orang di stasiun, awalnya mereka
ragu-ragu menerimanya, karena dipikirnya kami berjualan, tetapi setelah tahu
kalau gratis, mereka mau menerimanya.
Ketika
pertama kali melakukan kegiatan itu saya sempat terkesima melihat anak-anak
jalanan yang berebut nasi itu. Sampai-sampai saya masih memegang kardus tempat
nasi-nasi itu dan bengong dengan suksesnya melihat ‘keganasan’ anak-anak itu. Hingga
salah satu teman dengan paksa menurunkan kardus yang saya pegang dan menarik
saya menjauhi tempat itu.
“Mbak,
kamu bisa dicakar-cakar kalau masih di sana,” bisiknya.
Saya
tertegun karena melihat bagaimana mereka berebutan sedemikian rupa. Oh ya, apa sih yang saya harapkan, mereka
mau antri dengan tertib gitu, pikir saya. Bagi saya, mungkin itu hanya
bernilai satu bungkus nasi yang InsyaAllah bisa saya beli dengan mudah, tetapi
bagi mereka…
Saya
tidak sanggup melanjutkan kalimat di atas.
Kali
kedua kami melakukannya, saat itu saya sudah memiliki calon suami. Jadi tim
kami bertambah satu, yaitu Mas Budhi. Ia juga ikutan bantu sebisanya. Dan juga
ikut membagikan ke jalanan. Karena Mas Budhi bukan orang yang ekspresif, jadi
saya hanya tahu kalau Mas cukup mendukung acara ini. Hingga ketika kami sudah
menikah, entah waktu itu sedang membicarakan apa.
Tiba-tiba
Mas bertanya, “Kamu tahu apa yang membuatku sangat bahagia?”
“La
apa?” pertanyaan balasanku hehe.
“Ketika
mengetahui bahwa calon istriku ternyata orang yang sangat baik,” jawabnya
kalem.
“Lho,
mosok baru tahu, Mas?” sambil senyum-senyum menggoda.
“Kalau
baik sih sudah tahu, kalau gak baik gak mungkin aku peristri, kan? Tetapi ketika
melihat kamu membagikan nasi bungkus waktu Ramadhan kemarin. Aku sangat
bersyukur memiliki istri yang mau berbagi terhadap sesamanya, orang-orang yang
bahkan tidak kamu kenal,” penjelasannya panjang kali lebar.
Kali
ini aku yang tidak sanggup berkata-kata, antara tersanjung dan terharu. Gak sanggup
diucapkan dengan kata-kata deh.
-----000-----
Nasi
bungkus itu adalah cara kami (saya dan teman-teman) menyemai cinta kami kepada
Allah Swt. Sang pemilik segalanya. Karena cinta-Nya, kami bisa terus bersyukur
dan menjalani hidup ini dengan baik. Nasi bungkus itu adalah cara kami menyemai
cinta terhadap sesama, untuk bisa berbagi tanpa pamrih. Tanpa melihat yang
mampu dan tak berpunya. Dan ternyata lewat nasi bungkus itu cinta calon
suamiku, tumbuh dengan subur hingga saat ini dan semoga seterusnya. Aamiin.
oo gitu yaa, cerita semaian cintanya sama pak budi :D *manggut-manggut*
ReplyDeleteqiqiqi jadi maluuuu
DeleteNikmatnya berbagi kepada sesama dengan tulus ikhlas bisa membuat kita bersyukur atas karuniaNya. Semoga dipertemukan dengan Ramadhan yang sebentar lagi tiba.
ReplyDeleteRayuan mas Budhi uhuy banget tuh mbak Esti. Membayangkan dirimu tersipu-sipu. qiqiqi.
Terima kasih ya, tercatat sebagai peserta.
Aamiin
DeleteLangsung semaput Bun hihihi
Ciyeee...
ReplyDeleteKalau ngasih orang trus orangnya seneng, rasane piyeee gitu ya...
Semoga menang ya mbakkk...
Makasi Unaaaa
Delete“Ketika mengetahui bahwa calon istriku ternyata orang yang sangat baik,” jawabnya kalem.
ReplyDeletePasti waktu itu pipinya jadi memerah dan agak2 salting begitu..
qiqiqiqi tauuu aja
Deleteberbagi tak pernah rugi
ReplyDeleteSiiiip
DeleteSubhanallah, terharu bacanya.. semoga rejeki Mbak dan keempat temannya terus bertambah dan menjadi berkah buat semua, Amin.. dan semoga makin dicintai suaminya, Aamiin...
ReplyDeleteAamiin..makasi Mbak Diah :)
Deleteindah sekali cara menyemai cintanya ..
ReplyDeleteTerima kasih Bu Dey :)
Deletesemoga tahun ini bisa memagikan lagi nasi bungkus ya mbak. kita ketemuan lagi kah lebaran tahun ini? :)
ReplyDeleteAamiin
DeleteInsyaAllah Mbak, tar kontak2an ya :)
semoga mamasku seperti mas budi ya...hahahahahaha...dan aku bisa meniru kebaikan hati seperti mbakyuku ini..hikshiks....so sweet mesti meleleh pas dipuji mas budi :p
ReplyDeleteAamiin..InsyaAllah yang terbaik buat Cheila
DeleteLangsung pingsang dipuji gtu mah hehe
penyemaian cinta yang sangat indah mba...
ReplyDeletemesti kliyeng2 yo bar dipuji mamase ;)
qiqiqi langsung merah kuning biru
DeleteRamadhan hampir tiba. . .
ReplyDeleteBerarti kegiatan menyemai cinta sudah mulai direncanakan ya, Mba. . .
Sukses ngontesnya. . .
Aamiin, semoga semua lancar ya
DeleteMakasi Idah
Menyemai kasih melalui berbagi nih. Selamat menyambut ibadah Ramadhan Jeng Esti. Selamat meramaikan GA sahabat. salam
ReplyDeleteTerima kasih Bu Prih :)
Deletecara terbaik untuk mengetahui kebaikan calon memang harus terjun langsung dan melihatnya sendiri. Kalau perlu dengan sembunyi-sembunyi.
ReplyDeleteMasak harus sembunyi2 Mas? Jangan2 aq dimata2i ya *halah sok penting :P
DeleteSukses GAnya Mbak Estiii...
ReplyDeleteCeritanya bagus tuuuhhh !
Makasi Mbak Lies :)
Deletewaah... sangat menyenangkan mba..
ReplyDeletesukses GAnya
Makasi Mbak :)
DeleteMulia sekali mbak kegiatannya :)
ReplyDeleteGood luck ya buat GA nya
Trims Mbak Ely :)
DeleteBerbagi cinta untuk orang lain, kelak kita akan menuai cinta pula
ReplyDeleteNek ngomongke cinta kok fasih men Kang :P
Deletetrenyuh akuuu
ReplyDeletedan cinta suami pun semakin besar, ya :)
ReplyDeleteIya Mbak :)
DeleteInspiratif banget, mbak Esti!
ReplyDeleteBerbagi sekaligus mendapat tambahan cinta dari suami ya...hehe :D
Mudah-mudahan ramadhan kali ini juga mbak dan teman-teman bisa melakukan kegiatan serupa. Ada tambahan tenaga suami juga...waaaah, senengnyaaaa...
Makasi Bu
DeleteQiqiqi iya, suami bagian angkut2 :P
nasi bungkus adalah kuliner yang disajikan setiap pagi dan petang di banyak warung kota Banjarmasin, dan tentu dengan nasi bungkus bisa terjalin kisah cinta yang romantis kapan pun....
ReplyDeletetrims kunjungan sobat 'nasi bungkus' kepelataran blog saya - salam
ReplyDeleteDengan memberi maka kita akan menerima :)
ReplyDeletedatang berkunjung....
ReplyDeletehaih, kegiatan yang sangat menyenangkan, lain kali ingin rasanya terjun langsung dalam acara seperti ini. semoga suatu saat sempat...
saya tersenyum iri lho mbak, lihat Mas budhi yang puji mbak, rasanya di kalimatnya ada jutaaan romantisme lho...
ReplyDeletesaya kapan ya ngucapin kata2 seperti itu??
Nasi bungkus memang nikmat.hehe
ReplyDeleteNasi Bungkusnya kok nggak nyampai Kendal...
ReplyDeleteEstiiii...
ReplyDeletebentar lagi mau puasa niiih,...
proyek nasi bungkus nya mau dijalanin lagi kaaah??
KAli ini udah ada yang nemenin yaaah...
romantis ih, kayak drama korea aja...hihihi...
Cara menyemai cinta yang indah sekali, Mbak.
ReplyDeleteNasi bungkus itu bukan soal sederhana, sebab nyatanya hanya bisa
dilakukan oleh yang mempunyai hati luar biasa.
cerita yang horor !
ReplyDeleteeh, romantis -_-
Bukan hanya suamimu yang kagum, Mak. Saya juga ikut terharu dan salut dengan aktivitas kalian yang ini. Sungguh mulia hatimu dan ketiga teman lainnya. Mas Budhi memang tak salah memilihmu, Mak! Berhati mulia dan seputih pualam. Semoga diberi kemudahan untuk tetap melanjutkan aktivitas mulia ini, ya, Mak. :)
ReplyDeleteSalam Ramadhan.
Dirimu memang wanita mulia, Mak Esti. Kebayang bagaimana bahagianya wajah2 anak jalanan itu, saat mendapatkan berkah ini. :) Sukses selalu yaaa.
ReplyDeleteHallo mbak Esti, apa kabar ? lama juga ya blom ada cerita baru :)
ReplyDeleteindahnya berbagi... indah tuk yg mendapat nasi bungkusnya.. dan indah juga tuk yang membaginya karena mendapat santungan dari orang tercinta.. :)
ReplyDeleteWow manis sekali mbak Esti .... moga bahagia selamanya :)
ReplyDeleteSo sweet Mbak Esti..Ketemu cinta lewat nasi bungkus. Semoga terus awet ya :)
ReplyDeletewuik.. masih ketemu sego bungkus disini..
ReplyDeletesaya doakan di Ramadhan berikutnya bisa bikin nasi bungkus lagi utk anak2 jalanan, plus menghidangkan sahur dan buka puasa khusus untuk Pak Budi.
ReplyDeleteMaaf kalau lancang, hehehehe.
Memberi makaan dan minum kepada orang yang sedang berpuasa atau fakir miskin atau siapa saja yang memerlukan sangat mulai Jeng
ReplyDeleteSemoga bernilai ibadah
Salam hangat dari Surabaya
Alhamdulillah; semoga semakin banyak org yg bisa berbuat spt ini ;)
ReplyDelete