Tahun 2014 mungkin adalah tahun yang menjadi tahun titik balik bagi hidup saya. Saya merencanakan untuk pindah mengikuti suami dan berdomisili di Jepara. Mungkin ada beberapa yang menganggapnya lebay ya, bukankah seharusnya memang istri mengikuti suami? Bukan itu yang menjadi permasalahannya. Masalahnya adalah saya harus meninggalkan orang tua saya. Papi dan Mami, saya biasa memanggil mereka.
Walau pun saya sudah meninggalkan rumah mereka sejak 6 tahun lalu dan berusaha hidup mandiri, tetapi karena masih satu kota, saya tetap merasa dekat. Itu membuat saya ayem dan ketika saya harus berpikir meninggalkan kota Semarang yang berarti semakin menjauhkan jarak antara saya dan Papi Mami. Entah kenapa saya merasa sangat bimbang.
Kebimbangan ini sebenarnya mulai saya rasakan sejak tahun lalu, ketika Papi sakit. Syaraf kakinya kejepit yang membuat beliau tidak bisa berjalan. Selama 2 bulan Papi hanya tiduran saja. Duh, sedih sekali jika mengingat saat itu. Hampir setiap hari saya ke rumah mereka. Bila tidak dapat ke sana, saya akan menelpon, dan setelah menelpon saya selalu menangis. Lebay yah hehe.
Ketika memegang tangannya, saya terkejut, Ya Allah, tangan itu kurus dan mengecil. Tangan yang sama, yang selalu memegang tangan saya bila kami sedang berjalan-jalan dulu. Kini tangan itu terlihat begitu rapuh. Ketika Papi sakit, yang selalu ada di pelupuk mata saya adalah saat-saat ketika beliau sehat. Beliau yang selalu enerjik, berolahraga, melakukan banyak kegiatan dan selalu bercanda. Mendadak menjadi begitu diam, walau semangat hidupnya masih menyala.
Alhamdulillah, saat-saat itu sudah terlewati. Tapi hingga saat ini setiap mendengar Papi atau Mami sakit. Walau cuma masuk angin saja, membuat saya bersedih. Saya merasa sangat berdosa tidak bisa menjaga dan merawat mereka. Memasakkan makanan bagi mereka, seperti dulu ketika Mami memasakkan makanan enak setiap hari bagi saya dan adik-adik.
Hal itulah yang membuat saya berpikir dan berpikir terus untuk pindah mengikuti suami. Hingga pada akhirnya, saya pada pemikiran bahwa rumah tangga seharusnya bersama. Papi dan Mami pun sudah mengijinkan saya pindah Jepara. Tapi hati ini kok masih gak tega ya. Saya pun menawarkan supaya mereka mau tinggal bersama kami kelak. Yah, walau itu kemungkinannya kecil, tentu mereka lebih enjoy tinggal di rumah sendiri.
Saat ini masih ada si bungsu yang tinggal bersama mereka. Doa saya, semoga si bungsu berjodoh dengan orang Semarang dan bekerja di Semarang atau paling tidak bekerja di Semarang. Karena dengan begitu, akan ada yang menjaga Papi dan Mami. Aamiin.
14 Agustus adalah momen paling bersejarah bagi Papi dan Mami. Tanggal pernikahan mereka. Dan tahun 2014 ini usia pernikahan mereka akan pada angka 38 tahun. Sebuah angka yang luar biasa menurut saya. Dan dari semua hal, saya sangat ingin memberikan hadiah yang paling istimewa untuk mereka, sebuah buku.
Buku yang akan saya berikan adalah buku yang akan menceritakan tentang hal-hal yang akan selalu saya ingat tentang mereka berdua. Kasih sayang, perhatian, dan tentu saja hal-hal yang tidak saya sukai ketika masih kanak-kanak, tetapi sangat saya rasakan manfaatnya sekarang. Buku yang akan saya persembahkan sebagai salah satu bukti cinta saya terhadap mereka.
Saya akan memulai proyek buku ini mulai bulan Februari 2014. Karena kalau bulan Januari, sepertinya laporan masih numpuk hehe. Bisa dimulai dengan menulis apa saja yang berkelebat di memori, tentang masa kecil, tentang pengalaman bersama mereka, sampai saat dimarahi karena bandel wkwkwk. Dan buku ini sudah harus rampung akhir bulan Juli.
Dan bisa minta tolong adik untuk mengumpulkan foto-foto waktu kita masih unyu-unyu. Kalau adik-adik bisa dipaksa, saya akan meminta mereka menulis paling tidak satu atau dua lembar tulisan untuk Papi Mami juga.
Mungkin bukan sesuatu yang besar dan hal yang membanggakan. Tapi saya berharap, mereka tahu bahwa mereka tidak akan pernah tergantikan. Semoga Papi dan Mami diberi umur yang panjang, begitu pula untuk kami, putra-putrinya. Agar kami bisa memiliki waktu lebih lama untuk selalu bersama-sama. Dan semoga tahun depan sudah ada cucu-cucu yang membuat Papi Mami bertambah bahagia. Aamiin Ya Allah.
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan:Proyek Monumental Tahun 2014
Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan : Proyek Monumental Tahun 2014
ReplyDeleteAkan saya catat sebagai peserta
Keep blogging
Salam hangat dari Surabaya
Makasi Dhe
Deleteaamiin. semoga terwujud segera, mba
ReplyDeleteAamiin makasi La
Deleteaminnnn....semoga harapannya terwujud mbk ^^ semangatttt !!
ReplyDeleteaamiin...makasi mbak Hanna
Deleteaiih...aku terharu mbak Esti... semoga buku special buat papi mami terwujud tepat di ulath perkawinan ke 38 beliau ya... aamiin...
ReplyDeleteOOT... klo 2014 mo pindah ke Jepara, rencana jalan2 bersama ke Sala3nya musti bulan ini no? hehe...
Hahaha ini juga belum ngajuin pindah kok mbak, prosesnya kan juga gak sebentar *mudah2an lancar
DeleteAyolah mbak ke Salatiga :)
Semoga proyek sentimental 2014 ini bisa terlaksana ya Bu Budhi
ReplyDeleteAmiinnn ...
Salam saya
Aamiin makasi Om
Deletemengenai kasih sayang dan perhatian Beliau, berapa halaman ya? :')
ReplyDeleteSemoga proyeknya terwujud ya mba. terharu saya baca postingannya.
ReplyDeleteProyek yang indah sekali. Semoga bisa terwujud ya...
ReplyDeleteMoga proyeknya bs terwujud Mba...
ReplyDeleteWaaahhh, kalo mbak esti nanti udah pindah Jepara kabar-kabar yaaa, aku mau maen :D
ReplyDelete*seneng mau dapet tetangga baru*
Semoga papi mami nya selalu diberikan kesehatan ya mba..Aamiin
ReplyDeleteProyek yang sangat sangat sentimental Mbak Esti...semoga terlaksana yaaa...
ReplyDeleteBahagianya Mami Papi, berbekal hormat syukur yakin buku ini jadi Jeng Esti. Salam hangat
ReplyDeleteAku siap menjadi tetanggamu, mbak. Kita tertawa berguling2 lagi. wkwkwk
ReplyDeletesemangat diwujudkan mbak Esti, pastilah adik2 mau membantu bakal kado istimewa buat papi mami
ReplyDeleteSemoga dapat terwujud mbak... dan pasti akan menjadi sesuatu yang istimewa bagi papi dan mami :)
ReplyDeleteMudah-mudahan terkabul mbak ^^
ReplyDeletesemoga bisa terwujud :D
ReplyDeletesemoga proyeknya bisa terlaksana ya mbak
ReplyDeleteaku bantu doa yaa mba....hehehe*ganbatte.... ^_^
ReplyDeletesemoga sukses mbakyu bukunya..ngomong2 adiknya cowok apa cewe nih?hahaha
ReplyDeleteBayangkan Jeng, si anag ganteng ini meninggalkan orangtuanya setelah lulus STM dan sejak saat uitu dinasnya jauh-jauh: Kalimantan, Palembang, Cimahi,Jakarta.
ReplyDeleteDinas di Surabaya hanya 2 tahun
Untung sekarang Eny tinggal sama Emak sehingga beliau ada temannya
Saya pernah kejethit dan nyaris lumpuh lho
Jeng sebaiknya ikut suami terus, jangan terlalu lama LDR
Semoga papi-mami selalu sehat.
Salam hangat dari Surabaya
Mbak Esty si suami kangen lho di Jepara...
ReplyDeleteKalau masih SMG-Jepara masih deket mbak Esti
Semoga sehat selalu :)
Aamiiiin.. semoga terwujud ya mba.. :D
ReplyDeleteNinggalin orang tua emang selalu berat ya.. Aku juga ngerasain banget waktu harus pisahan di bandara tahun kemarin.. Semoga selalu diberi kesehatan ya mba.. ^^
Meskipun saya tidak punya buku sendiri yang berisikan cerita tentang keduaorangtua, namun terlibat dalam buku keroyokan bertajuk "Dear Mama" dan "Dear Papa" sudah membuat saya bahaga sekali. Setidaknya, dengan tulisan singkat saya tersebut, beliau berdua bisa membaca ungkapan isi hati saya tentang mereka..
ReplyDeleteSemoga rencananya bisa terwujud ya Mbak..
semoga benar benar terwujud proyek monumentalnya dan dapet hadiah dari pak abdul cholik dan menang kontesnya
ReplyDeletemoga-moga terkabul cita citanya
ReplyDeletesemangat yang luar biasa..
ReplyDeletesemoga sukses selalu. amin.
aku juga mau semangat blogging ah.
virtuarchive.web.id
wah artikel lama yah..moga sukses terus blog estisulistyawan
ReplyDeletejangan lupa mampir baliknya ya sob