Korean
Wave melanda
Indonesia. Dimulai dengan girl band dan boy band yang personilnya memikat mata dan hati
*uhuk. Lagu-lagu dengan tatanan musik yang ear-catching *walau gak tahu
artinya. Pelan tapi pasti semakin banyak penggemar segala sesuatu yang berbau
Korea di negeri ini. Mulai dari bahasa, pernak-pernik Korea hingga drama korea.
Tidak
bisa dipungkiri, selain memang produk-produk Korea itu memang layak dikonsumsi,
pemerintahnya juga mempunyai tahap-tahap pemasaran yang mumpuni. Hingga membuat
pariwisata di negeri ginseng ini meningkat dengan tajam. Hal ini pun didukung
oleh para pekerja seni. Banyak sekali bukan yang tertarik berwisata ke Korea
karena melihat tempat shooting mengambil adegan di drama Korea.
Apa sih
yang menarik dari drama Korea?
Setelah
Endless Love dan All About Eve, saya sudah tidak terlalu mengikuti lagi
drama-drama korea apa lagi yang tayang di televisi Indonesia. Dengan alasan
kesibukan, kisahnya yang mengharu-biru (terlalu sedih) dan tidak mau terpancang
harus menonton setiap harinya.
Hingga
sebelum puasa, tidak sengaja saya melihat tayangan drama korea di Ind*siar.
Baru Episode pertama sudah langsung terpikat. Judulnya Faith, The Great Doctor.
Hari-hari berikutnya pun saya mulai nongkrong di depan televisi untuk menonton
drama ini. Bisa dipastikan, baru berapa kali nonton, saya langsung ketagihan.
Saya
yang awalnya gak peduli setiap ada yang cerita tentang drama korea, sekarang
benar-benar bisa paham mengapa drama-drama ini bisa memikat jutaan hati
penikmatnya di berbagai belahan dunia. Eh, saya tidak mengada-ada lo tentang
ini, bahkan Jepang yang akar kebudayaan serta budaya cinta tanah airnya sangat
istimewa bisa tergoda dengan Korean Wave ini.
Drama
Korea vs Sinetron
Bagaimana
jika sinetron Indonesia dibandingkan dengan drama korea? Wah, bagai langit dan
bumi deh. Bukan berarti saya tidak cinta produk-produk Indonesia ya, akan
tetapi saya sudah eneg melihat sinetron yang berkutat perebutan harta, rebutan
cewek/cowok, dan mempertontonkan adegan-adegan yang begitu ‘jahat’ menurut
saya. Gak baik bagi jiwa dan raga deh. Bukannya kita terhibur, malah stres
sendiri. Apalagi untuk dikonsumsi anak-anak. Masih ditambah dengan syuting yang
kejar tayang bisa dipastikan kualitasnya seperti apa.
—–000—–
Saya
yakin sebenarnya pekerja sinetron bisa kok membuat sinetron yang bagus dan
berkualitas. Jika Korea bisa menanamkan cinta pada negara lewat Jendral Choi
Youngnya (Faith), Indonesia punya banyak stok cerita kepahlawanan yah heroik.
Sebut saja Jenderal Sudirman. Seandainya saja cerita Jenderal Sudirman dikemas
dengan apik, bukan hanya bisa mempersembahkan tontonan yang menarik tapi juga
bisa membuat para anak bangsa bangga dan mengikuti jejak beliau dalam membangun
negara. Apalagi kalau yang memerankan Jenderal Sudirman adalah Rizky Aditya
atau Dude Herlino :D
Jika
Korea memiliki Dae Jang Geum, kita juga punya Laksamana Malahayati dari Aceh.
Jika Korea bisa bercerita tentang Raja Sukjong dari Dinasti Joseon dengan apik,
kita punya Sultan Hamengkubuwono IX dari Kesultanan Jogja. Kalau mereka punya
Ratu Seondeok dari Silla, kita juga punya Ratu Sima dari kerajaan Kalingga.
Mari
berharap, sinetron Indonesia bisa menjadi tontonan yang menarik dan mendidik di
negeri sendiri.
Sumber
gambar: kdramastars.com
Aku terakhir nonton the producer. Sekarang vakum nonton. Tapi baca ini jadi pengin nonton kdrama lagi. :D
ReplyDeletedulu emang sempat ketagihan mbak nonton drakOr
ReplyDeletetapi karena nggajk bisa berenti nonton, terus jadi begadang.., badan malah meriang, kerjanya nggak konsen
abis itu nggak mau lagi takut balik ketagihan