Bagi teman-teman yang sudah mengenal
saya. mungkin tahu tentang kondisi saya yang menikah cukup lama dan belum
dikaruniai keturunan. Iya, saya menikah bulan Desember 2009 dan hamil baby
Andhin sekitar bulan Juni 2014. Jadi ada sekitar 4,5 tahun saya dan Pak Budhi
untuk berdoa dan berikhtiar agar dikaruniai momongan.
Mungkin bagi sebagian orang yang mengetahui akan ada
yang berkomentar, “Ah, baru juga 4,5 tahun menunggu”. Akan tetapi, bagi yang mengalami hal yang
sama seperti kami, penantian 4,5 tahun itu rasanya lama sekali. Selama 4,5
tahun itu semangat, rasa percaya diri, rasa putus asa, rasa gelisah dan rasa
senang semua bisa naik turun dalam waktu singkat.
Pengharapan yang luar biasa ketika tamu bulanan
sempat terlambat, kandas begitu saja ketika hasil testpack hanya menunjukan
satu garis. Selama hampir 4 tahun saya bergulat dengan rasa dan perasaan
sendiri. Jangan ditanya deh kalau lihat bayi atau anak kecil, langsung baper
maksimal hiks.
Dengan hal-hal tersebut di atas, saya merasa lebih bahagia,
lebih rileks dan tidak berfikiran macam-macam. Dan kemudian saya mengingat,
sesuatu yang saya baca bertahun-tahun lalu bahwa semua berawal dari diri sendiri.
Mengatakan hal-hal baik di depan cermin setiap hari untuk diri sendiri, intinya
mensugesti diri sendiri bahwa semua baik-baik saja dan akan baik-baik saja
untuk seterusnya.
Langkah yang paling nyata, saya menambah satu
kalimat pengharapan di bio semua sosial media saya. Awalnya ada rasa malu,
sungkan dan perasaan tidak enak lainnya, etapi kalau saya pikir ‘memang ada
yang memperhatikan?’ haha. Dan mulailah saya menambahkan ‘a-mom-to-be’ baik di
akun instagram, twitter, dan facebook. Dan iya sih gak ada yang merhatiin jiga
kayaknya wkwk.
akun instagram @sulistyawanesti |
Bahkan terkadang, saya mengusap perut seakan-akan
sudah ada janin di sana sambil berkata, “Apa kamu sudah ada di dalam perut Ibu,
Nak? Sehat-sehat ya sampai lahir nanti” dan kemudian saya lanjutkan dengan
berdoa kepada Allah Swt.
Apakah hal tersebut kemudian membuat saya hamil?
Wallahualam ya, hanya Allah Swt yang tahu. Akan tetapi, menurut saya penting
bagi diri sendiri menanamkan pikiran positif, sehingga apa-apa yang hadir dalam
hidup kita juga berdampak positif.
Untuk teman-teman yang sekiranya hingga saat ini ada
pengharapan yang belum terkabul, mari kita mensugesti diri bahwa harapan kita
akan segera terkabul dan jangan pernah putus untuk terus berdoa dan berikhtiar.
InsyaAllah akan indah pada waktunya
waahhh, kangen dehhh sama tulisan2 mbak esti yg tipe2 gini... menggetarkan hati banget :')
ReplyDeleteMensugesti diri itu berprasangka baik pada Allah.
ReplyDeletembaaaakkkk....
ReplyDeleteaku ikut mendoakan mbk, smoga disegerakan olh Allah utk segera dipertemukan dg si buah hati, amin, amin bgd,
iya, manusia mmg hanya bisa berusaha, semaksimal mungkin, semampunya, hasilnya tetap di tangan Allah swt. kalimat itu jg jd penguat aku mbk kalau kata menyerah mulai terlintas dlm benakku *aseg...hehe
ayoo mbk esti, semangat mensugesti diri yakkk, yoyoyooooowwwww :D
Iya, sering berprasangka baik adalah modal utama untuk menyugesti diri.
ReplyDeleteMakasih sharingnya, Mbak. :")
ReplyDeletesaya setuju Kak, boleh mensugesti dengan hal yang positif. Semangat selalu yo Kak, aku juga pengen a mom to be, tapi pengen nemu jodohnya dulu :D
ReplyDeleteDan saat ini, fase penantian akan hadirnya sang buah hati juga aku jalani. BAgi pasangan yg perlu effort khusus untuk bisa hamil, interval waktu penantian selalu terasa lama dan menguji kesabaran, semangat dan keikhlasan.
ReplyDeleteduhh gemeternya baca tulisan ini ... :3 intinye kudu yakin pokok e mbak..
ReplyDeleteWah iya, sugesti diri memang penting. Saya juga punya kakak yang menikah bertahun tahun dan belum punya anak, dari luar dia seperti biasa aja. Happy happy aja, tapi siapa yang tau ya di dalam hatinya.
ReplyDeleteSemoga kakak ku juga bisa menanamkan sugesti diri yang baik seperti kak esti ^^