24 Nov 2016

Perlukah Asuransi Pendidikan Anak?

Ketika awal tahun ajaran baru kemarin, teman-teman kantor seru banget pembahasan tentang anak merek mau masuk ke mana, biaya berapa dan fasilitas sekolah apa saja, serta dan lain-lainnya. Sebagai seorang Ibu dari putri yang bahkan belum genap berusia 2 tahun, bahasan ini sebenarnya tidak terlalu menarik bagi saya haha Eh tapi begitu mendengar besaran biaya sekolah, secara naluri langsung tertarik hehe tipikal emak-emak banget yak.

Walau bekerja di instansi pendidikan, jujur saya tidak begitu mengikuti tentang perkembangan biaya sekolah, alhasil saya terkaget0kaget luar biasa. Yang saya bicarakan ini biaya sekolah di swasta ya.
FYI, seperti yang disharing teman saya, putrinya masuk TK nol kecil, uang masuk 4 juta dan per bulan 400 ribu. Itu di sekolah yang tidak terkenal. Sedangkan teman lain memasukkan putranya ke TK yang memang terkenal dan memiliki cabang di kota-kota besar lain, uang masuk menembus 15 juta rupiah, untuk uang bulanan saya tidak mau dengar karena sudah sesak nafas duluan haha.



Iseng-iseng, saya survei di PAUD dekat rumah, karena Andhin tahun depan sudah 2,5 tahun dan usia segitu sudah masuk ya untuk PAUD. Di dekat rumah dengan kondisi sekolah ada halaman walau tidak besar, uang pangkal 2,8 juta rupiah sudah termasuk untuk biaya macam-macam termasuk makanan selingan pada hari Jumat dan ekstra renang, bukanannya 150 rribu. Sedangkan PAUD yang satu lagi agak murah, uang masuk 1,3 juta dan bulanan 100 ribu rupiah. Saya tidak banyak tahu untuk programnya karena ketika saya datang, sekolah sudah bubar dan dari pihak sekolah tidak terlalu rinci menjelaskan. Mau tanya-tanya juga gak enak ya, sudah pulang masalahnya.

Dari hasil survey kecil-kecilan dan hasil dengarcerita teman-teman, saya mengambil kesimpulan biaya sekolah itu luar biasa ya. Ini baru 2017, bagaimana nanti kalau saat Andhin mulai bersekolah? Waduh, tentu saja tambah banyak untuk biaya sekolahnya, sedangkan dari sisi gaji tidak mengalami peningkatan signifikan baik saya mau pun Pak Budhi.

Dari situ saya mulai berfikir mau nabung untuk biaya pendidikan Andhin. Saya dan Pak Budhi mulaicari-cari jenis tabungan apa yang cocok untuk kami. Gak hanya cocok dari segi besarnya tabungan tapi juga bagaimana cara menabungnya. Tau lah ya kalau nabung konvensional mungkin bisa sih strict sama aturan sendiri, bikin tabungan khusus, tapi namanya orang hidup pastilah ada titik butuh duit banget dan yah kadang diambil gitu. Dan ini kejadian beneran dengan beberapa teman.
Saya mulai melirik tabungan yang sulit diambil, ada dua opsi ketika itu, tabungan yang benar-benar strict dalam artian tidak bisa diambil dalam jangka waktu tertentu atau asuransi pendidikan anak yang baru bisa diambil jika sudah pada masanya.

Kedua jenis tabungan ini hampir sama dari segi setoran, pun untuk pengambilan juga sama strictnya. Kalau tidak setor atau diambil belum saatnya bakal kena penalti. Setelah mengerucut jadi hanya 2 pilihan ternyata sama sulitnya haha.

Akhirnya, kami putuskan mengambil asuransi pendidikan anak, dengan pertimbangan adanya fleksibilitas fitur program dan manfaat asuransi. Antara lain : manfaat pembebasan premi apabila terjadi risiko terhadap pencari nafkah. Manfaat tambahan inilah yang akan memberikan kepastian dana pendidikan untuk si buah hati apabila sesuatu hal yang tidak diinginkan. 

Usia memang rahasia Allah Swt, yang pasti saya ingin memastikan putra-putri saya mendapatkan pendidikan terbaik yang bisa saya berikan.

11 comments:

  1. Kalau aku udah ngerasain kebantu ikut asuransi bergitu mrk lahir. Tapi aku gak mau ikut macem2 unit link. Penarikannya aku atur waktu masuk TK, SD, SMP, SMA dan terakhir aku sudah panen utk persiapan masuk univ anakku tahun ajaran ini.

    ReplyDelete
  2. Menurutku sangat penting. Itung2 menabung buat pendidikan anak. Biar pas hari h, nggak pontang-panting lagi

    ReplyDelete
  3. Setelah membaca ragam manfaatnya, saya putuskan untuk ambil juga, Mbak

    ReplyDelete
  4. Pakai asuransi pendidikan anak, buat anak juga. Manfaatnya bisa dirasa waktu anak mulai sekolah

    ReplyDelete
  5. Sebenernya aku merasa ini perlu, tapi belum mulai :((((((

    ReplyDelete
  6. Menurutku mmng perlu mbak..krn prinsipnya kan nabung, tapi bongkarnya klo pas pindah jenjang studi ato yang paling gede pas mau kuliah. Anakku dua2 nya udah tak ikutin mb..

    ReplyDelete
  7. Ya bolehlah, biar pendidikan anak lebih terjamin langkahnya

    salam
    gabrilla

    ReplyDelete
  8. Nampaknya harus menambah kapasitas diri biar bisa gak cuma jadi orang tua, tapi juga jadi guru. Ya ... buat ngurangin biaya. *eh

    ReplyDelete

Terima kasih sudah meninggalkan komentar ^_^